Ada Berita Apa?
Monggo Disimak...

Seorang Programmer tidak boleh Stress



Programmer adalah logical thinker, dalam bekerja tentu lebih banyak menggunakan porsi otak dibandingkan dengan fisik. Oleh karena itu penyakit utama pikiran (yang mana adalah stress) sangat mudah menyerang seorang Programmer. Saya tertarik untuk membahas dampak stress ini terhadap Programmer, karena saya sendiri adalah seorang Programmer. Sudah pasti dampak stress adalah negatif terhadap semua orang dalam bidang apapun. Tetapi kali ini mari kita batasi pembahasan lebih detail hanya dalam seputar dunia saya, programming…

Sebenarnya sudah lama saya ingin membahas tentang ini, namun baru sekarang saya bisa menuliskan nya di blog saya. Sebelum membahas dampak stress terhadap seorang yang berprofesi sebagai programmer, mari kita baca cerita singkat berikut ini :

Beberapa tahun yang lalu, saya mendengar cerita dari teman saya, dimana dia memiliki seorang teman, sebut saja namanya Budi yang bekerja di sebuah pabrik yang memproduksi mie instan (tidak perlu saya tulis merk nya disini). Sebagaimana orang umum nya, Budi tidak pernah puas dengan apa yang dia dapat dari perusahaan tempat dia bekerja. Dia beranggapan bahwa apa yang dia kerjakan tidak setimpal dengan apa yang dia terima, gaji nya sebagai buruh pabrik sangat kecil, pekerjaan yang dia lakukan monoton alias membosankan, perlakuan dari atasan nya tidak pernah dia suka, dan banyak lagi hal-hal negatif lain nya. Kemudian semua pemikiran negatif tersebut membuahkan hasil yang akhirnya membuat Budi menjadi stress di tempat dia bekerja. Lalu anda tahu apa yang dia lakukan ketika stress tersebut sampai pada puncak nya? Suatu hari ketika dia bekerja di area pembuatan adonan mie instan dan tidak ada orang lain yang melihat dia, dengan sengaja dia (maaf) meludahi adonan mie instan tersebut. Sungguh suatu perbuatan yang sangat tidak terpuji bukan? Tidak bisa dipungkiri, bisa saja Budi melakukan hal-hal yang lebih gila dan ekstrem dari itu jika dia mempunyai hati yang sangat buruk. Tapi mari kita cukupkan saja cerita tentang Budi dan kembali ke pembahasan utama.

Setelah membaca cerita diatas, kemudian anda bertanya, apa hubungan nya semua itu dengan seorang Programmer? OK, terlepas dari benar atau tidak nya dari cerita diatas, mari kita bahas lebih lanjut. Ketika seorang pekerja (di bidang apapun) stress dan dia memaksakan diri untuk terus bekerja di tempat yang sama dan melakukan hal yang sama dalam waktu yang lama, kemungkinan besar akan menimbulkan hal yang negatif pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Jika dalam kasus Budi tadi produk nya adalah mie instan, maka untuk seorang Programmer sudah pasti produk nya adalah software yang dihasilkan oleh perusahaan. Software disini, bisa dalam bentuk aplikasi desktop, website, mobile app, ataupun perangkat lunak lain nya. Kemudian hal negatif dalam kasus Budi adalah menjadi tidak higienis nya mie instan, sedangkan untuk seorang Programmer, hal-hal negatif yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :
  • Software yang asal jadi, terlihat berjalan mulus diluar, tapi berantakan dalam sisi coding.
  • Banyak nya bugs yang muncul setelah aplikasi berjalan dalam tahap production (setelah development selesai).
  • Code yang dihasilkan tidak reuseable, susah untuk dimaintain / dikembangkan, dan tidak cocok untuk masa yang akan datang.
  • Logic yang dipakai biasanya “quick fix”, yang penting sekarang jalan benar, urusan nanti kalau muncul masalah / bugs lain.
  • Programmer lain sama sekali tidak mengerti dengan apa maksud dari coding yang dihasilkan, hanya Programmer yang coding dan Tuhan yang tahu  :D
Jadi kesimpulan nya siapa yang dirugikan jika seorang Programmer stress? tentu saja perusahaan. Tetapi apakah perusahaan yang bertanggung jawab untuk mengatasi hal tersebut? Menurut saya pribadi tidak, stress adalah faktor individu, hanya diri kita sendiri yang bisa menentukan kita akan stress atau tidak. Ketika anda menyangkal dengan kalimat “Benarkah? saya tidak pernah memilih untuk stress?” jawaban saya “Ya, anda memilih nya”. Introspeksilah diri anda, perbaiki yang menurut anda kurang benar, dan ketika penat telah datang, yakinkan pada diri anda “Saya memilih untuk tenang, stress tidak ada dalam kamus saya”.

Selain dilihat dari sisi perusahaan, stress juga akan berpengaruh dalam kehidupan sosial seorang Programmer, mungkin akan kita bahas hal tersebut di lain kesempatan. Dan bagaimana cara saya untuk menekan tingkat stress dalam diri saya? akan saya jabarkan dalam tulisan saya selanjutnya. Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar